السلام عليكم

إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّڪَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَۖ فَعَسَىٰٓ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ (١٨)


Ahlan Wa Sahlan. Blog ini dibina dengan tujuan menjadikan nya salah satu alat bagi penyebaran maklumat kepada ahli kariah Masjid Terentang,Kuala Pilah,Negeri Sembilan. Pengendali blog ini masih lagi dalam peringkat membina dan menambah baik juga mencari sumber maklumat. Ini membolehkan blog ini memberi pelbagai maklumat dikalangan anak-anak kariah juga maklumat berkaitan kegiatan umat Islam di Malaysia dan antarabangsa.Sebarang kekurangan harap dapat dimaafkan. Walaubagaimana pun, sumbangan saya yang sedikit ini diharap akan dapat dimanfaatkan oleh semua, terutama mereka yang berasal dari Kampong Masjid Terentang dan sekitarnya.


Sunday, March 20, 2011

Masjid Di Dalam Islam





السلام عليكم Peranan Dan Fungsi Masjid dalam Islam

Kata "masjid" dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 28 kali dalam Al-Quranul Karim. Berasal dari akar kata: sajada-yasjudu-sujudan, yang secara etimologis berarti tunduk, patuh dengan mengakui segala kekurangan, kelemahan dihadapan Yang Maha Kuasa dan Sempurna. Rasulullah SAW berkata dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Muslim: “Yang paling dekat keadaan se-seorang diantara kamu dari Tuhannya adalah ketika ia sujud.”
     Jika sujud adalah situasi dan posisi seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya, maka masjid (nama tempat) secara bahasa berarti: tempat atau wahana seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah Ta`ala (taqarrub). Taqarrub adalah merupakan misi/sasaran inti dari ibadah. Maka, masjid secara etimologis adalah tempat untuk mendekatkan diri pada Allah Ta`ala, disamping ia juga adalah sebagai pusat ibadah, baik mahdhah maupun ghairu mahdhah.
   
Dengan pendekatan kebahasaan tersebut kita dapat merumuskan bahwa masjid secara terminologis adalah: suatu badan (institusi) yang diperuntukkan sebagai pusat ibadah bagi orang-orang mukmin, dimana tempat utama kegiatan mereka berpusat masjid, mulai dari kegiatan menghambakan diri kepada Allah Ta`ala sampai kepada hal-hal kegiatan kehidupan, sosial serta masyarakat mukmin didunia ini.
     Dari sinilah dapat kita memahami bahwa sebutan masjid, sesungguhnya orientasi fungsinya harus lebih menonjol dari bentuk fisikal bangunannya seperti firman Allah Ta`ala dalam surat Al-Isra' dimana tatkala Allah Ta`ala menerangkan peristiwa Isra' nabi Muhammad SAW disebut dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsa, padahal secara fisikal masjid yang disebutkan belum ada seperti yang dapat kita saksikan sekarang.
     Salah satu keistimewaan dari syariat Nabi Muhammad SAW dibanding nabi lainnya, adalah "seluruh bumi dapat dijadikan masjid". Bermula dari pengertian-pengertian tadi, kita dapat memahami betapa pentingnya peranan masjid di tengah-tengah masyarakat umat Islam, dia menjadi pusat aktiviti  dan kegiatan mereka, baik dalam bentuk ibadah khusus (ritual) maupun ibadah umum (sosial) dan hal-hal ini telah dicontohkan sendiri oleh Rasulullah SAW sejak di Masjid Quba sampai di masjid Nabawi di Madinah. Allah berfirman dalam Al-Quran: “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah Ta`ala, maka janganlah kamu menyeru seseorang beserta-Nya.” (Q.S. Al-Jin (72):18)
     Bermula  dari ayat inilah, maka muncul sebutan Baitullah (rumah Allah) untuk menyebut masjid. Tentu saja dalam arti kiasan (majazi) bukan berarti secara zahirnya Allah Ta`ala bertempat tinggal di masjid, karena Dia tidak terikat ruang dan waktu. Mengingat artinya adalah kiasan, maka pengertiannya terlalu  banyak: seperti rumah tempat memohon rahmat Allah, rumah tempat memperoleh Rahmat Allah Ta`ala, rumah tempat meminta kepada Allah Ta`ala, dan sebagainya sejauh yang dapat dikandung oleh pengertian peranan dan fungsinya.
     Jadi bila terbinanya masjid  dimana dari sebutan masjid sebagai bait Allah Ta`ala:
a. Tidak boleh ada orang, baik individu maupun kelompok yang mendakwa bahawa masjid adalah milik mereka. Kerana itu tanah masjid, taraf miliknya mesti harus menjadi tanah wakaf, yaitu tanah yang dipindahkan pemilikannya dari manusia menjadi hak milik Allah Ta`ala.
b. Masjid harus dibangun diatas dasar tauhid dan takwa, maka larangan utama dan pertama dari peranan masjid adalah menjauhkan daripadanya hal-hal yang berbau syirik. 
Firman Allah dalam Al-Quran: 
“Sesungguhnya masjid itu dibangun diatas takwa” (Q.S. At-Taubah (9):108).  Dalam hadits kita temukan sabda Rasulullah SAW: “Masjid itu rumah tiap-tiap orang beriman.” 
Yang dimaksud dengan masjid rumah setiap orang mukmin ialah mereka sebagai pemegang amanat dari pemilik mutlaknya yaitu Allah Ta`ala, sehingga mereka itulah yang harus bertanggung jawab terhadap: terdirinya, penyelengaraannya,takmirnya, pengembangannya,dan halatuju fungsinya.
    Dari dua sumber syar'i (Allah Ta`ala dan Rasulullah SAW) tentang sebutan masjid dengan mempergunakan kata bait yang berarti rumah, maka pilihan tersebut pasti mengandung makna yang sangat dalam, paling tidak yang dapat kita kemukakan sebagai berikut:
a.  Masjid adalah untuk tempat tinggal, tentu bukan untuk sementara, karena itu masjid adalah akan menjadi tempat tinggal yang membangunnya di syurga. (Hadits Nabawi)
b.  Masjid adalah tempat berlindung dari bahaya yang mungkin akan membinasakan penghuninya, demikian halnya masjid akan dapat menyelamatkan manusia dari bahaya syirik, maksiat, kebodohan, dan kemiskinan. Tentu saja hal ini akan tercapai kalau masjid sudah difungsikan sesuai tuntunan Islam menjawab tuntutan zaman.
c.  Masjid  adalah tempat berteduh dari berganti-gantinya cuaca alam, maka demikian pula masjid, dia akan menjadi tempat berteduh dari pengaruh-pengaruh yang negatif terhadap kaum muslimin sebagai penghuninya.
d.  Masjid adalah tempat terbina dan tumbuh suburnya kasih sayang diantara penghuni rumah itu, demikian pula masjid adalah tempat terbinanya persaudaraan dan ukhuwah Islamiyah bagi keluarga muslimin penghuninya.
e. Masjid adalah tempat menyusun rencana, tempat bermula untuk bekerja dan bertugas dan tempat kembali menilai hasil yang dicapai, demikian pula masjid, dia harus berfungsi sebagai tempat musyawarah keluarga muslimin, dari masjid-lah mereka memulakan berjihad dan berdakwah, dan kesana hasilnya dinilai untuk selanjutnya nanti disusun kembali program berikutnya.
f.  Masjid adalah tempat leburnya status-status sosial jemaahnya  yang diperoleh diluar rumah, demikian halnya masjid menjadi tempat leburnya status-status sosial antara yang kaya dengan yang kurang berada, yang berhormat dengan rakyat biasa, ahli koporat dengan yang melarat, melalui ikatan ukhuwah Islamiyah, disana tidak boleh lagi ada sekat-sekat birokrasi yang lazim menjadi jurang  antara si angkuh dan si rendah hati.
g.  Masjid adalah tempat berhimpunnya kepentingan yang kadang-kadang persilisihan antara jemaah yang satu dengan yang lainnya, tetapi harus tetap rukun dengan pimpinan masjid, demikian halnya masjid tempat berhimpunnya berbagai kepentingan jemaahnya. Namun harus tetap harmonis, penuh toleransi, keterbukaan berkat kebijakan imam dan jemaah muslimin didalam qariah. Dari pendekatan sebutan bait saja, sudah dapat kita bayangkan betapa besar dan strategisnya peranan dan fungsi masjid di tengah masyarakat Islam, pendek kata ia menjadi pusat rumah tangga muslimin untuk segala kemaslahatan hidupnya baik dunia maupun akhirat.



السلام عليكمPembinaan masjid meliputi tiga bidang:

a. Idarah, yakni bidang pengurusan mulai dari sumber daya manusia sampai kepada peringkat lemah-lembut dan tegas pengurusannya.
b. 'Imarah, yakni bidang pemakmuran masjid berupa kegiatan-kegiatan  umat atau jemaah, baik yang berkaitan dengan ibadah khusus atau ibadah umum. Dalam Al-Quran Allah Ta`alaberfirman: 
“Sesungguhnya yang dapat memakmurkan masjid-masjid Allah itu hanyalah:orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari yang akhir orang-orang yang menegakkan shalat dan menunaikan zakat dia tidak takut melainkan hanya kepada Allah, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” 
(Q.S. At-Taubah (9):18). 
Menurut hemat kita, wallahu a'lam, ayat diatas mengisyaratkan bahwa yang dapat memakmurkan masjid itu hanyalah, orang yang beriman kepada Allah Ta`ala dan hari akhirat, ini membabitkan soal aqidah, mendirikan solat dan menunaikan zakat, juga membabitkan amalan syariah, sedangkan tidak takut selain kepada Allah Ta`ala, ini adalah perkara yang berkenaan dengan akhlak. Demikian juga, makmur atau tidaknya sebuah masjid, adalah cerminan dari kekuatan aqidah, syariah, dan akhlak jemaah penduduk kampong sekelilingnya.
     Dari ayat diatas kita dapat memahami bahwa, ta'mir yang berkaitan dengan kegiatan masjid harus bertitik tolak dari aqidah, yaitu tauhid, tidak ada syirik, dan ikhlas semata karena Allah Ta`ala, mewujudkan syariah, baik ibadah, muamalah, munakahat, dan jinayat, serta selalu menjunjung tinggi  al-akhlakul karimah.
      Perlu kita gariskan juga bahwa firman Allah Ta`ala diatas menggunakan kata "innama" (hanya), yang dalam 'ilmul ma'ani disebut adawat al-hashr (kata untuk menentukan hanya itu saja, diluar itu tidak boleh), ini menunjukkan bahwa tiga tunggak diatas menjadi syarat mutlak untuk makmurnya sebuah masjid.
c. Ri'ayah, yaitu berkenaan dengan hal ehwal undang-undang bangunan, senibinanya, kebersihan, keindahan, dan segala macam yang berkaitan dengan pembangunan dan selengaraan.
     Kebanyakan yang terjadi di kalangan umat Islam dewasa ini khususnya di Malaysia, membangun masjid lebih hanya terbatas bidang fisikal saja, sementara masalah pengurusan, pemakmuran, serta penyelengaraan luput dari perhatian kebanyakan orang, sehingga terjadilah kepincangan yang ketara antara ajaran dan fungsi sebenar masjid.
Wallahu a'lam bish-shawab.


السلام عليكمMasjid Di Dalam Islam

Masjid adalah sebuah bangunan yang dikhaskan untuk melakukan amal ibadat kepada Allah Subhanahu Wata’ala, dan ia merupakan tempat yang mulia dan suci  dalam Islam.

Selain dari menjadi lambang kepada syiar Islam, masjid juga sebagai pusat bagi mengembangkan ajaran-ajaran Islam, pusat perhimpunan yang menyatupadukan umat Islam kerana di dalamnya umat Islam dapat beribadat dengan lebih khusyuk dan tawaduk, dapat mengerjakan sembahyang berjemaah, memperolehi ilmu pengetahuan dan dapat menerima nasihat dan pengajaran demi untuk kebaikan dan kesejahteraan mereka di dunia dan di akhirat.

Justeru itulah usaha yang mula-mula sekali dibuat oleh Rasulullah s.a.w. semasa baginda berhijrah ke Madinah al-Munawwarah, ialah mendirikan masjid Quba', iaitu sebuah masjid yang disifatkan oleh Allah di dalam Al-Quran sebagai masjid yang didirikan atas dasar takwa.

Firman Allah,

Ertinya, sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa semenjak mula-mula dibina adalah lebih patut engkau mendirikan sembahyang di dalamnya. Di dalam masjid itu terdapat beberapa orang lelaki yang suka supaya dirinya bersih, sedang Allah kasih  kepada orang yang bersih.

Firmannya lagi,

Ertinya, manakah yang lebih baik, orang yang mendasarkan pembinaan masjidnya atas takwa kepada Allah dan  keredhaannya, atau orang yang mendasarkan pembinaan masjidnya di atas tepi jurang yang runtuh sehingga ia jatuh bersama-samanya dalam neraka jahanam ? sedang Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang aniaya.

Kemudian tidak lama selepas Rasulullah menetap di Madinah baginda mendirikan sebuah .lagi masjid di bandar Madinah yang lebih terkenal dengan Masjid an Nabawi yang juga disifatkan oleh baginda sebagai "masjid yang telah dibina atas dasar takwa". Sebagaimana diterangkan oleh baginda di dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Al-Tarmizi dalam "Syarhu Jamiu At-Tarmizi."

Memandangkan kepada pentingnya pembinaan  masjid dalam perkembangan agama Islam Rasulullah telah menggalakkan umatnya supaya mendirikan masjid di mana sahaja mereka berkampung, sebagaimana yang diterangkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Saidatina Aishah Radiallahu Anha, katanya ;

Etinya ;Rasulullah s.a.w. telah menyuruh umatnya mendirikan masjid di tempat-tempat perkampungan dan hendaklah sentiasa dibersihkan dan diharumkan

( Ahmad dan Abu daud dan Al-Tarmizi )

Dalam hadis yang lain pula Rasulullah telah menerangkan kelebihan orang yang mendirikan masjid atau balasan yang akan didapati oleh orang-orang yang mendermakan hartanya untuk mendirikan masjid seperti tersebut di dalam sebuah hadis :

Dari Usman Radiallahu Anhu katanya Rasulullah s.a.w. telah bersabda

Ertinya: "barangsiapa membina sebuah masjid semata-mata ikhlas kerana Allah Taala nescaya Allah taala akan membinakan untuknya sebuah rumah di syurga."

2 comments:

  1. Terima kasih kerana singgah diblog yg baru buat ini. Blog saya yang lain tengah mencari masa buat posting.

    ReplyDelete